Selasa, 17 September 2019

Pertunjukan Wayang di Era Modern

Wayang...
Apa yang terbesit di benak kalian tentang wayang?

Ini mengingatkan saya dan kembali mengenang masa itu...
Wayang....malam...gedebog pisang...layar putih...gamelan...semalam suntuk...ramai....dan yang paling saya sukai banyak penjual-penjual mainan dan makanan yang ngetem di sekitaran tempat pagelaran wayang, tentunya sebagai anak-anak, saya sangat suka jika ada penjual makanan dan mainan yang bisa saya larisi dagangannya saat itu.
ohyaaa....mbah uti, begitulah saya ditemani sosok itu ketika menonton wayang.
Lalu kemana bapak dan ibuk?
Bapak biasanya kerja (ngeles) dan pulang larut, ibuk mengasuh adik saya yang saat itu masih bayi.
Jadi adalah mbah uti teman kemana-mana saya pada saat saya kecil dulu...

Itu sekitar kurang lebih 20 tahun silam, lalu seperti apa pertunjukan wayang masa kini???
Kemarin, tepatnya hari Sabtu tanggal 14 September 2019, saya ditemani suami menonton pertunjukkan wayang di Museum Sonobudoyo. Yaaa....malam minggu kami yang biasanya kami habiskan untuk jalan-jalan atau sekedar menghabiskan waktu berdua di rumah kali ini kami lalui dengan menonton pertunjukan wayang. Lalu kenapa wayang? Itu karena saya mendapat tugas dari dosen Filsafat Ilmu yaitu Prof. Dr. Marsigit, MA untuk menonton sebuah pertunjukkan wayang. Tampak klise memang, tapi saya mau mengucapkan terima kasih kepada beliau karna dengan adanya tugas dari beliau, saya jadi belajar berbagai hal.



Ok, lemme tell you...
Kami berdua sengaja memilih hari sabtu untuk nonton wayang karena kami pikir akan ramai disana nanti. FYI, pertunjukkan wayang di Museum Sonobudoyo ini diadakan setiap hari kecuali hari Minggu yaa. Saya dibonceng suami melewati Jl.Parangtritis, dan benar saja....jalanan sangat macet...dimana-mana sangat ramai sekali, hingga sampai ke sekitar alun-alun utarapun saya ngebatin dalam hati, "duh ini masih ad tempat gak ya? rame amat nih alun-alun, pasti pada mo nonton wayang deh!" And you know what????

TARAAAA!!
Setelah kami sampai di Museum Sonobudoyo, kami cukup shock....karna di dalam lumayan sepi....hanya beberapa kursi penonton yang terisi...itupun paling banyak bule-bule nya....
Sedih yaa liatnya, di depan museum (alun-alun utara) banyak sekali orang yang  duduk menghabiskan malam, becanda atau sekedar nongkrong, tapi tak banyak yang mau melihat pertunjukkan wayang.

Yaudah lah yaa sedihnya ,,,kami masuk dengan membayar entrance ticket sebesar Rp 20.000,-/orang ditambah Rp 3.000,- untuk camera ticket bagi yang mau foto-foto di dalam. Di dalam kami mendapat booklet cerita wayang yang dipertunjukkan hari itu, secangkir wedang uwuh dan jajanan kukusan mutira yang bisa diambil sendiri di sudut ruangan.




Pada hari itu, kami menonton pertunjukkan wayang episode 5: The Death of Prahastha (Prahastha Gugur)



Patih Prahasta adalah putra Prabu Sumali, raja raksasa negara Alengka dengan Dewi Desidara. Ia mempunyai kakak kandung bernama Dewi Sukesi yang menjadi istri Resi Wisrawa dari pertapaan Girijembatan, wilayah negara Lokapala.

Prahasta berwatak; jujur, setia dan penuh pengabdian. Ia sesungguhnya putra mahkota negara Alengka. Tetapi karena ia takut dengan kesaktian yang dimiliki Rahwana, putra Dewi Sukesi dengan Resi Wisrawa, Prahasta merelakan tahta negara Alengka oleh ayahnya diberikan kepada Rahwana dan dia bersedia menduduki jabatan patih.

Ketika pecah perang Alengka, Prahasta maju sebagai senapati perang setelah gugurnya Dewi Sarpakenaka. Tak terhitung jumlah balatentara kera Prabu Rama yang mati oleh keganasan Prahasta. Anila patih negara Kiskenda akhirnya maju menghadapi keperkasaan Prahasta, dengan siasat perang menghindar, mundur dan balas menyerang. Prahasta terus mengejar Anila, hingga pertempuran sampai di tepi hutan.

Anila yang hampir terjebak tiba-tiba melihat sebuah patung batu. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya patung itu diangkatnya dan dihantamkan ke kepala Prahasta. Prahasta tewas seketika dengan kepala hancur bersamaan dengan pecahnya tugu tersebut. Kiranya tugu itu adalah penjelmaan Dewi Indradi, ibu dari Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa yang terkena kutuk Resi Gotama, suaminya sendiri.


Marsigit Filsafat 2019
Marsigit Filsafat
Marsigit Filsafat
Marsigit Filsafat
#Prof. Dr. Marsigit, MA
#Rona Happy Mumpuni
#Pendidikan Matematika D 2019
#19709251059

Filsafat Pendidikan Matematika: Penjelasan Filosofis terhadap Objek Matematika di SMP (Tugas Akhir Bagian II)

Filsafat Pendidikan Matematika P E N J E L A SAN F I L OSO F IS T ER H A D AP B E B ER A P A O B J E K M A T E M A T I K ...