Selasa, 17 Desember 2019
Identifikasi Persoalan Masalah Penelitian Pendidikan Matematika (Tugas Akhir Bagian III)
Pengembangan
Activity Book dengan Metode Guided Inquiry Berbasis Etnomatematika berorientasi
pada Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan Disposisi Matematika
TESIS
Disusun
oleh:
Rona
Happy Mumpuni
19709251059
Tesis
ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapatkan
gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2019
A.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
karakteristik activity book dengan
metode guided inquiry berbasis
etnomatematika yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis, kreatif dan
disposisi matematika?
2. Bagaimana kelayakan produk activity book dengan metode guided inquiry berbasis budaya
lokal yang berorientasi pada kemampuan berpikir kritis, kreatif dan disposisi
matematika?
B.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan.
Penelitian pengembangan ini dilakukan
untuk menghasilkan
sebuah produk berupa bahan
ajar pada pembelajaran matematika dengan metode guided inquiry berbasis etnomatematika. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam
penelitian ini activity
book.
Penelitian pengembangan ini mengggunakan model pengembangan
ADDIE. Model pengembangan tersebut meliputi
tahap Analysis (analisis), Design
(perancangan), Development
(pengembangan),
Implementation
(implementasi),
dan Evaluation (evaluasi) (Branch, 2010).
Download at:
https://drive.google.com/open?id=
Download at:
https://drive.google.com/open?id=
Identifikasi Persoalan Filosofis Pembelajaran Matematika di Sekolah (Tugas Akhir Bagian I)
Identifikasi
Persoalan Filosofis Pembelajaran Matematika di Sekolah
(Tugas
Akhir Bagian I)
Diajukan
kepada Prof. Dr. Marsigit , M. A.
untuk
Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu
Oleh
Rona
Happy Mumpuni
NIM
19709251059
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
1. Bagaimana
penjelasan filosofis tentang menuntut
ilmu?
Menuntut ilmu adalah kegiatan
berkesinambungan di dalam ruang dan waktu. Sebagai makhluk yang berakal,
manusia selalu diliputi oleh hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin tahu
manusia, maka semakin banyak pengetahuannya. Proses mengumpulkan pengetahuan
adalah suatu proses belajar yang dilakukan oleh manusia sejak usia dini sampai
saat ia meninggal dunia.
2. Bagaimana
penjelasan filosof tempat kedudukan
dalam sistem koordinat?
Tempat kedudukan suatu titik dalam sistem koordinat sama seperti posisi
manusia di dunia. Pada sistem koordinat terdapat garis vertikal (sumbu x) dan horizontal (sumbu y).
Pada dasarnya, manusia memiliki
hubungan yang perlu dijaga dan dijalani secara vertikal dan horizontal.
Horizontal adalah dengan diri sendiri, sesama dan alam. Sedangkan vertikal
adalah relasi manusia dengan Allah. Hubungan vertikal bersifat sangat pribadi,
individual dan spiritual karena hanya Tuhan dan manusia itu sendiri yang tau
seberapa dekat relasi ia dengan Tuhan. Hal yang menghalangi manusia untuk
berelasi dengan Tuhan adalah rasa takut untuk membuka diri, memberikan diri seutuhnya
dan sebenarnya, serta keengganan untuk jujur.
Menurut
seorang filsuf bernama Plato, manusia merupakan animal society yaitu
makhluk sosial yang senang bergaul atau berkawan untuk hidup bersama. Manusia
tidak dapat hidup secara utuh hanya sendirian tanpa mengandalkan manusia
lainnya. “Sebagai makhluk sosial (homo socialis), manusia tidak hanya
mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam
beberapa hal tertentu.” (Firman : 2016). Ketergantungan manusia akan manusia
lain ditandai saat manusia lahir sebagai bayi, ia pasti membutuhkan kasih
sayang kedua orangtuanya untuk bertahan hidup lewat asupan pangan (ASI) dan
kebutuhan lainnya. Hubungan manusia sebagai individu harus terjalin dalam
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Tidak diperbolehkan terjadi dimana
satu manusia mendominasi manusia lain karena setiap manusia memiliki hak untuk
hidup, bebas, dan hak lainnya yang terdapat dalam Hak Asasi Manusia. Oleh
karena itu, dibutuhkan sikap saling mengerti, menghormati, dan saling kerjasama
dalam menciptakan kehidupan bersama yang sejahtera dan ideal.
Seluruh
hal yang kita miliki, seluruh kebutuhan hidup yang tersedia di dunia berasal
dari Allah. Manusia memiliki kemapuan yang terbatas dan banyak hal yang manusia
tidak bisa lakukan namun bisa terjadi jika Allah menghendaki. Walaupun manusia
memiliki kehendak bebas dan memiliki kemampuan untuk mengolah bumi, manusia
tetap bergantung kepada Tuhan. Sayangnya relasi manusia dengan Tuhan telah
runtuh akibat sifat kesombongan manusia sehingga manusia mempunyai pikiran
bahwa manusia dapat hidup mandiri tanpa kehadiran Tuhan. Relasi manusia yang
semakin hari semakin jauh dari Allah yang menyebabkan manusia menjadi mudah
jatuh ke dalam dosa. Namun Allah dengan senang hati selalu membuka diri kepada
manusia yang ingin datang dan menjalin relasi lebih dekat dengan-Nya.
3. Bagaimana
penjelasan filosofis tentang fungsi?
Fungsi dalam matematika adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x dalam suatu himpunan yang disebut
daerah asal (Domain) dengan suatu nilai tunggal f(x) dari suatu himpunan kedua yang disebut daerah kawan (Kodomain).
Himpunan nilai yang diperoleh dari relasi tersebut disebut daerah hasil (Range). Fungsi
atau hubungan erat kaitannya menurut para filsuf seperti sebab akibat. Para
filsuf seperti Hugh Mellor dan Patrick Suppes telah mendefinisikan
sebab-akibat dalam hal sebab yang mendahului dan meningkatkan kemungkinan
dampaknya. Selain itu, Mellor mengklaim bahwa sebab dan akibat adalah kedua
fakta - bukan peristiwa - karena bahkan non-peristiwa, seperti kegagalan kereta
tiba, dapat menyebabkan efek seperti saya naik bus. Sebaliknya, bergantung pada
peristiwa-peristiwa didefinisikan secara teoritis, dan sebagian besar
pembahasannya diinformasikan oleh terminologi ini.
Sumber: https://www.kompasiana.com/balawadayu/5dbc69ecd541df79135028f2/filsafat-tentang-hubungan?page=all
4. Bagaimana
penjelasan filosofis tentang infinity atau ketakberhinggaan?
Ide tentang ketakberhinggaan atau
infiniti sangat sulit dipahami, karena, sekilas hal itu berada di luar
pengalaman manusia. Pikiran manusia terbiasa menangani hal-hal yang finit, yang
dinyatakan dalam ide-ide yang finit. Segala sesuatu memiliki awal dan akhir.
Ini adalah pemikiran yang akrab dengan kita. Tapi apa yang akrab tidak harus
selalu benar. Sejarah pemikiran matematika memiliki beberapa pelajaran penting
tentang hal ini. Untuk waktu yang lama, para ahli matematika, setidaknya di
Eropa, berusaha mengusir konsep infiniti. Alasan mereka untuk melakukan hal ini
sangat jelas. Selain adanya kesulitan untuk mengkonsepkan infiniti, dalam makna
yang murni matematika infiniti merupakan satu kontradiksi. Matematika berurusan
dengan besaran yang finit. Infiniti, karena sifat dasarnya, tidak akan dapat
diukur atau dihitung. Ini berarti bahwa terdapat konflik yang riil di antara
keduanya. Untuk alasan ini, para ahli matematika besar dari jaman Yunani kuno
menghindari infiniti seperti sebuah wabah penyakit. Walau demikian, sejak awal
filsafat, orang telah berspekulasi tentang infiniti. Anaximander (610-547 SM)
mengambil ini sebagai basis dari filsafatnya.
Ahli matematika Yunani terbesar
Archimedes (287-212 SM) menggunakan angka-angka yang tidak bisa dibagi (indivisibles)
dalam geometri, tapi ia menganggap ide tentang besar atau kecil tak berhingga
sebagai ide yang tidak memiliki landasan logis. Seperti itu pula, Aristoteles
berpendapat bahwa, karena satu benda harus memiliki bentuk, ia harus bersifat
finit, dan dengan demikian tidak dapat menjadi infinit. Sambil menerima ada dua
macam “potensi”infiniti– penambahan berturutan dalam aritmetika (besar tak
berhingga), dan pembagian berturutan dalam geometri (kecil tak berhingga) – ia
tetap berpolemik melawan para ahli geometri yang berpandangan bahwa satu potong
garis terdiri dari titik-titik yang jumlahnya tak berhingga, atau indivisibles.
5. Bagaimana
penjelasan filosofis tentang konsep irisan kerucut?
Dalam matematika, irisan kerucut
adalah lokus dari semua titik yang membentuk kurva dua-dimensi, yang terbentuk
oleh irisan sebuah kerucut dengan sebuah bidang. tiga jenis kurva yang dapat
terjadi adalah parabola, elips, dan hiperbola.
Secara geometri analitis, irisan
kerucut dapat didefinisikan sebagai: “tempat kedudukan titik-titik pada sebuah
bidang, sedemikian sehingga jarak titik-titik tersebut ke sebuah titik tetap F
(yang disebut fokus) memiliki rasio yang konstan terhadap jarak titik-titik
tersebut ke sebuah garis tetap L (disebut direktriks) yang tidak mengandung F.”
Dalam kehidupan, irisan kerucut
diibaratkan seperti tempat kedudukan manusia pada lingkungan tempat tinggalnya,
seperti bagaimana manusia bersikap dan berhubungan di lingkungannya. Filosofi
tradisional terbagi antara teori konsekuensial (atau teleologis) seperti teori
utilitarianisme dan non-konsekuensial (atau deontologis) seperti berbasis hak filsafat.
Sementara filosofi lingkungan mengadopsi dua pendekatan dasar ini, namun juga
memiliki cabang non-tradisional atau holistik besar yang ditandai oleh ekologi
dan ekofeminisme yang dalam. Dengan demikian, seseorang dapat membagi filosofi
lingkungan antara keduanya sudut pandang antroposentris (terpusat pada manusia)
dan ekosentris (berpusat pada bumi), yaitu umumnya dilihat sebagai tidak dapat
dibandingkan.
IDENTIFIKASI
PERSOALAN FILOSOFIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH
#RonaMarsigit
#Prof.Marsigit
#Marsigit
#Rona Happy Mumpuni
#Marsigit
#Rona Happy Mumpuni
#Identifikasi_Persoalan_Filosofis
Langganan:
Postingan (Atom)
Filsafat Pendidikan Matematika: Penjelasan Filosofis terhadap Objek Matematika di SMP (Tugas Akhir Bagian II)
Filsafat Pendidikan Matematika P E N J E L A SAN F I L OSO F IS T ER H A D AP B E B ER A P A O B J E K M A T E M A T I K ...
-
FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA Identifikasi Persoalan Filosofis Pembelajaran Matematika di Sekolah (Tugas Akhir Bagian I) ...
-
Wayang... Apa yang terbesit di benak kalian tentang wayang? Ini mengingatkan saya dan kembali mengenang masa itu... Wayang....malam...ge...
-
Pengembangan Activity Book dengan Metode Guided Inquiry Berbasis Etnomatematika berorientasi pada Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif da...